I. PENDAHULUAN
A. Pertanian Berkelanjutan
Pada hakikatnya system Pertanian yang berkelanjutan adalah back to nature, yakni system Pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah,serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tanduk pada kaidah-kaidah alamiah. Upaya manusia yang mengingkari kaidah-kaidah ekosistem dalam jangka pendek mungkin mampu memacu produktivitas lahan dan hasil. Namun dalam jangka panjang biasanya hanya akan berakhir dengan kehancuran lingkungan. Ternyata masuknya energi dari luar ekosistem memberikan dampak buruk bagi anasir-anasir lingkungan dan membahayakan atau mengancam kesehatan manusia. Upaya-upaya penggunaan bahan-bahan kimia dalam agroekosistem konvensional yang dicanangkan Negara-negara maju dengan tema revolusi hijau (green revolution) ternyata lama-kelamaan tidak mampu bertahan pada kebanyakan tanah-tanah dikawasan tropika, dengan sumber air pengairan yang telah banyak tercemar. Green revolution memang sukses dengan produktivitas hasil panen biji-bijian yang menakjubkan (miracle seeds), namun ternyata juga memiliki sisi buruk atau eksternalitas negative, misalnya erosi tanah yang berat, punahnya keanekaragaman hayati, pencemaran air, bahaya residu bahan kimia pada hasil-hasil Pertanian dan lain-lain.
Sustainable agriculture adalah cara mengelola Pertanian dengan memanfaatkan keahlian dan teknologi untuk mencapai stabilitas kehidupan jangka panjang dari usaha Pertanian, perlindungan lingkungan dan keselamatan lingkungan.
Ciri-ciri khas dari Pertanian berkelanjutan diantaranya:
1. Terjadi peningkatan pendapatan petani
2. Terpeliharanya sumber daya alam dan bertahannya produktivitas.
3. Dampak negative terhadap lingkungan sangat minim
4. Produksi optimal diperoleh dengan masukan teknologi minimum
5. Memuaskan hasil usaha tani dan dapat memenuhi kebutuhan makanan serta memenuhi kebutuhan sosial lainnya bagi keluarga petani.
Alasan pemilihan sistem pertanian berkelanjutan menurut Rodale (1988) dalam Prasad dan Power (1997) adalah :
1. Pertanian modern saat ini (Amerika) didasarkan pada sumber daya yang tidak terbarukan, dikhawatirkan jika sumber daya tidak terbarukan berkurang maka harga pangan dunia menjadi mahal atau produksi menjadi menurun.
2. Produksi yang tinggi pada saat sekarang memberikan kontribusi terhadapmenurunnya kualitas lingkungan, dalam pengertian erosi tanah, pencemaran lingkungan dan kerusakan hutan.
3. Meningkatnya masalah polusi yang disebabkan oleh kegiatan pertanian.
4. Dengan demikian muncul suatu pemikiran agar pertanian lebih banyak bertumpu pada kemampuan sumber daya alam lokal, selanjutnya secara terus-menerus mengembangkannya untuk menghadapi kebutuhan pangan yang terus meningkat dalam ketersediaan sumber daya pertanian yang terbatas.
5. Teknologi pertanian modern pada saat ini tampaknya akan menjadi tidak lestari (unsustainable) pada masa akan datang jika produksi pertanian menjadi satu-satunya sumber utama energi dan cadangan pangan penduduk dunia.
Menurut pengamatan Dr.Peter Goering (1993), terdapat empat kecenderungan positif yang mendorong sistem budidaya pertanian harus berkelanjutan yaitu :
1. Perubahan sikap petani
Dinegara-negara maju perubahan sikap petani yang menolak system Pertanian yang boros energi atau tidak efisien sudah dimulai dua dasawarsa yang lalu. Kesadaran mereka untuk menerapkan Pertanian dengan input luar rendah merupakan solusi alternatif atas kegagalan revolusi hijau yang dapat membahayakan kesehatan dan kelestarian kehidupan.
2. Permintaan produk-produk Pertanian oragnik.
Di Negara-negara maju permintaan produk-produk Pertanian organic rata-rata naik 10%-30% per tahun. Masyarakat menghendaki jenis makanan sehat atau makanan alami yang benar-benar bebas zat aditif.
3. Keterkaitan antara petani dan konsumen.
Keterkaitan antara petani dan konsumen menjadi langkah awal atau kebangkitan transformasi pertanian subsisten ke arah sistem pertanian yang berorientasi pasar (market oriented). Peningkatan permintaan produk-produk pertanian organik oleh konsumen (green konsumen) akan mendorong petani untuk mengembangkan pertanian organik.
4. Perubahan kebijakan
Sudah saatnya dilakukan perubahan kebijakan pembangunan pertanian yang tidak lagi hanya berorientasi hasil (product oriented), tetapi juga dengan memperhatikan aspek kelestarian sumber daya alam secara serius. UU No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya mengisyaratkan bahwa dominasi dan campur tangan pemerintah terhadap petani dalam pembangunan pertanian semakin dikurangi. Petani tidak lagi hanya berperan sebagai objek, tetapi menjadi subjek dan penentu utama keberhasilan usaha tani yang dilakukanya.
Dr. Soekartawi (1995), pakar ekonomi pertanian menyebutkan tiga alasan mengapa pembangunan pertanian di Indonesia harus berkelanjutan.
1. Sebagai negara agraris, peranan sektor pertanian Indonesia dalam sistem perekonomian nasional masih dominan. Dari 210 juta penduduk Indonesia, + 150 juta oarang mencari penghidupan dari sektor pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
2. Sebagai negara agraris, agrobisnis dan agroindustri memiliki peranan yang sangat vital dalam mendukung pembangunan sector lainnya.
3. Sebagai Negara agraris, pembangunan Pertanian berkelanjutan menjadi keharusan agar suber daya alam yang ada sekarang ini dapat terus dimanfaatkan untuk kurun waktu yang relative lama.
B. Penyebab Pertanian Tidak Berkelanjutan
Beberapa hal yang dapat menurunkan keberlanjutan suatu system Pertanian antara lain sebagai berikut :
1. Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Pertumbuhan penduduk selalu diikuti dengan pertambahan kebutuhan hidup, baik pangan, sandang maupun perumahan. Kemiskinan baik ilmu maupun harta akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat keberlanjutan pembangunan pertanian. Penduduk yang relatif miskin ilmu pengetahuan kurang peduli dan memiliki kesadaran rendah akan arti lingkungan yang sehat dan bersih. Mereka dengan seenaknya akan mengeksploitasi sumber daya alam disekitarnya tanpa memperhitungkan dampak negatifnya bagi keseimbangan lingkungan.
2. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah di bidang pertanian dapat memberikan dampak negatif bila kebijakan itu disusun bukan dari kebutuhan riil dan permasalahan yang ada di lapangan. Menurut lubis dan sunarjo (1995) faktor-faktor penyebab kerusakan sumber daya alam pertanian dan lingkungan merupakan efek samping (side effects) dari pola budidaya tanaman yang mengarah pada sistem monokulture dan setralisasi kebijakan untuk mengejar target produk dan eksport,serta penggunaan input (pupuk dan pestisida) yang berlebihan karena didorong kebijakan harga atau subsidi.
3. Kegagalan Pasar (Market Failure)
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak berjalan sebagaimana mestinya, misalnya timbul pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market). Kompetisi pasar yang tidak sempurna antara lain praktek monopoli yang mendorong eksploitasi sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab.
4. Hak kepemilikan lahan
Perbedaan status penguasaan atas lahan dapat memberikan andil besar terhadap rusaknya sistem pertanian yang berkelanjutan. Status hak sewa atas tanah dapat mendorong penyewa melakukan eksploitasi sumber daya lahan secara berlebihan untuk mengejar keuntungan, tanpa memikirkan reinvestasi yang lestari.
C. Kendala Pertanian Berkelanjutan
Implementasi pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia tidak mudah karena dihadapkan pada banyak kendala (Kusharto dan Guhardja,1996) sebagai berikut :
1. Kendala sumber daya manusia
Rata-rata tingkat pendidikan petani relatif rendah, kondisi kesehatan petani kurang baik, produktivitas kerja masih rendah dan kurangnya motivasi untuk maju.
2. Kendala sumber daya alam
Ketersediaan volume air yang tidak menentu, kualitas air yang semakin menurun, kesuburan tanah yang semakin menurun dan kondisi agroklimat yang berubah-ubah.
3. Kendala aplikasi teknologi
Praktek-praktek usaha tani yang mengancam kelestarian lingkungan, praktek-praktek penanganan pascapanen, dan pembangunan atau pengadaan sarana dan prasarana pertanian. Praktek-praktek usaha tani yang mengancam kerusakan lingkungan antara lain penggunaan pestisida untuk membasmi hama dan penyakit tanaman, penggunaan bahan kimia untuk menangkap ikan. Praktek-praktek penanganan pascapanen yang dapat menjadi kendala pertanian berkelanjutan antara lain : penggunaan pestisida,antibotika, dan bahan pengawet pada proses pengolahan hasil tanaman pangan, ternak dan ikan, penggunaan bahan kemasan yang membahayakan kesehatan dan pengasapan dll.
ini yang aku cari, makasih gan artikelnya.
BalasHapussharing juga ni, dengar-dengar blog jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia adalah blog baru yang cukup bagus menyediakan referensi seputar pertanian, sesuai dengan namanya jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia memang tidak hanya membahas teori saja, namun infonya juga bersifat aplikatif, karena itulah kadang juga saya mengunjunginya DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia
Terimakasih bermanfaat
BalasHapusUnfaedahhhh
BalasHapusUnfaedahhhh
BalasHapus